Kesan dan semangat sebagai sebuah perayaan menjadi pertimbangan ketika menentukan nama kegiatannya. Bukan sekadar bergembira, juga menampilkan usaha terbaik dan sikap sportif. Maka ditetapkan namannya adalah Ulinpiade. Sengaja dibuat mirip dengan olimpiade supaya muncul semangat berjuang dan menampilkan kemampuan terbaik.
Ulinpiade sebenarnya diambil dari kata dalam bahasa Sunda, yaitu ulin, yang artinya bermain. Dari namanya saja sudah mengesankan sesuatu yang seru. Memang, keseruan menjadi salah satu unsur yang ingin dimunculkan dalam kegiatan ini.
Ulinpiade ini diikuti oleh semua murid. Mereka memilih ikut dalam nomor-nomor permainan sesuai minatnya. Ada permainan individual, ada juga yang beregu. Permainan individual dibuat menjadi dua kategori untuk setiap nomornya, yaitu kelas bawah dan kelas atas. Sedangkan untuk permainan beregu, murid-murid membentuk regunya sendiri berdasarkan ketentuan. Biasanya yang ditentukan adalah jumlah anggota regu. Dalam satu regu harus ada anggota dari tiap tingkatan kelas.
Permainan-permainan dalam ulinpiade terdiri dari beberapa jenis olahraga, terutama atletik, dan permainan tradisional. Ulinpiade diadakan sebagai “stan” yang menampilkan kemampuan murid dalam kecakapan fisik. Kemampuan di bidang lain, misalnya seni, sains, dan wirausaha sudah banyak mendapat kesempatan untuk unjuk gigi. Nah, di Ulinpiade ini para “atlet” menunjukkan kemampuannya. Jadi, ini semacam pameran juga. Dapat disaksikan dan dinikmati. Bahkan terasa seru karena bisa ikut berteriak, berjingkrak-jingkrak, dan bertepuk tangan memberikan dukungan.
Layaknya, even olahraga, setiap tahun ulinpiade mempunyai maskot. Penentuan maskot dilakukan melalui lomba membuat maskot. Pesertanya tidak dibatasi. Bisa dari kelas berapa saja, boleh membuat lebih dari satu maskot. Selain menggambar, pembuat maskot harus membuat deskripsi maskotnya.
Kandidat-kandidat maskot yang sudah dibuat ditempelkan di ruangan yang sering diakses murid-murid. Selanjutnya, setiap murid mempunyai suara untuk memilih maskot favoritnya. Maskot yang mendapat suara terbanyak yang akan dijadikan maskot ulinpiade.
Pemilihan maskot ini adalah tanda bahwa rangkaian ulinpiade dimulai. Selanjutnya, murid-murid memilih permainan yang akan diikutinya. Pada tahap ini, murid-murid kelas atas aktif membuat regu dengan melakukan pendekatan dan mengajak adik-adik kelasnya. Mereka belajar membentuk tim dan merekrut anggotanya.
Akhir pekan dipilih sebagai hari pelaksanaan. Selama dua hari, murid-murid bergembira dan menunjukkan “karya” mereka dalam bidang olahraga. Selama dua itu pula, lapangan menjadi etalase yang memajang pencapaian kemajuan murid selama satu semester dalam bidang olahraga.
Mengapa akhir pekan? Kehadiran orang tua adalah sasarannya. Sebagai sebuah perayaan, akan sangat berarti bila semua orang tua mendampingi anak-anak mereka di lapangan. Sebuah perhatian yang sangat diharapkan anak-anak dari orang tuanya.
Eh, ternyata orang tua datang tidak dengan tangan kosong. Mereka membawa aneka makanan dan minuman, penyuplai energi bagi anak-anak mereka. Wah, kalau yang begini, memang terasa sangat seru. Terutama buat para guru.
Jadilah ulinpiade bukan sekadar “pameran karya”, juga menjadi ajang perayaan yang meriah. Murid, orang tua, dan guru berada di lapangan dalam suasana bahagia, tidak memikirkan menang atau kalah.
Ternyata pemeran karya bukan semata benar-benar memajang karya murid. Pameran karya bukan interaksi satu arah. Pameran karya tidak bisa diidentikkan dengan suasana yang tenang. Pameran karya ala ulinpiade justru gegap gempita dengan teriakan dan tepukan tangan. Pameran karya dalam bentuk ulinpiade melibatkan semua unsur sekolah, menguatkan rasa kekeluargaan.
Seperti halnya olimpiade, dalam ulinpiade juga ada medali yang diberikan kepada para pemenang. Yang mengalungkan medali biasanya adalah orang tua. Murid yang mendapat medali ditemani orang tuanya saat pengalungan medali. Jadilah momen yang sangat membanggakan.
Hal yang menarik lainnya, ternyata semua murid merasakan keberhasilan. Paling tidak, dia merasakan keberhasilan regunya. Tidak ada murid yang “tertinggal”. Semuanya tersenyum ketika meninggalkan lapangan, pulang bersama orang tua, dengan berkalung medali.